Menanamkan Cinta Lintas Agama

SMAK Santo Paulus Jember melalui kegiatan “Temu Persaudaraan” berusaha merawat kebinekaan dengan cara yang tidak biasa. Sebagai lembaga pendidikan dengan mayoritas murid keturunan Tionghoa, sekolah ini ingin menunjukkan bahwa persaudaraan antarumat beragama sudah tumbuh sekolah ini.“Kegiatan sekolah Katolik bertemu dengan santri pondok pesantren mungkin yang pertama di Indonesia. Kita harus menunjukkan bahwa perbedaan tidak menjadi penghalang untuk saling mencintai antarsesama manusia ,” ungkap Kepala SMAK Santo Paulus, Romo Antonius Denny Cahyo S., S.S., M.Sc., M.Pd. saat membuka acara tanggal 15 November lalu.

Kegiatan “Temu Persaudaraan” dengan tema merajut kebinekaan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan cinta kepada saudara-saudara yang berbeda keyakinan. Melalui kegiatan ini diharapkan para peserta yang berasal dari berbagai latar belakang dapat mengenal, memahami, dan akhirnya mencintai. Kegiatan yang diikuti oleh tiga pondok pesantren dari beberapa kecamatan kota Jember ini juga merupakan wujud pengamalan nilai persaudaraan (Carmelite Charism), saling menghormati (Respect), dan kesetaraan (Equality).

Pada kegiatan tahun 2019 kali ini,  bentuk acara lebih beragam. Bahkan, peserta juga bertambah dari tahun-tahun sebelumnya. Salah satu kegiatan yang menumbuhkan kesan tersendiri bagi para peserta yakni kunjungan ke tempat-tempat ibadah. Para peserta “Temu Persaudaraan” diajak untuk mengunujungi Vihara, Pura, Gereja, dan Masjid. Bukan hanya mengunjungi, mereka juga mendapat penjelasan langsung dari pemuka agama yang bersangkutan untuk menambah pengetahuan. “Silakan menanyakan apa saja agar pengetahuan kita semakin luas,” tegas Rm. Atanasius Mariyanto Eka, S.Fil., M.Th. selaku ketua panitia acara “Temu Persaudaraan” saat mengunjungi Vihara Dharma Metta di kompleks perumahan Sempusari, Jember. Beberapa peserta mengaku baru pertama kali mengunjungi Vihara sebagai tempat ibadah umat Buddha. “Saya baru pertama kali masuk Vihara. Pengalaman ini sangat berharga bagi saya,” ungkap Owen Lionata Itam, salah seorang peserta dari SMAK Santo Paulus. Setelah dari Vihara, semua peserta diajak untuk mengunjungi Gereja Protestas, Pura, Gereja Katolik, dan Masjid yang letaknya berada di sekitar SMAK Santo Paulus untuk mendapat pemahaman dan pengetahuan baru. Diharapakan melalui kegiatan semacam ini menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan perbedaan.

Penulis : Tim jurnalistik SMA Katolik Santo Paulus